cerita dewasa madiun
Sabtu, 26 Mei 2012
Miss “S” From Bandung With Love
Miss “S” From Bandung With Love
Judulnya udah keren ya, “From Bandung With Love“. Namanya Miss “S” gadis “paris van java” silahkan artikan sendiri “S” itu sari, sinta, susi, atau sartono apa mungkin saritem (ha ha ha..) yang jelas buat saya “S” kali ini adalah sensual karena tidak mesum 100% tetapi malah bikin kita makin penasaran..
TANTE ANNE
TANTE ANNE
Cerita ini terjadi saat aku masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah di salah satu SMA di Medan. Namaku Chris, aku peranakan Canada-Chinese. Papaku berasal dari Canada, dan Mamaku Chinese Indonesia. Kata teman-teman wajahku sih lumayan ganteng, ehmm. Tinggiku 180 cm, nggak begitu tinggi dibandingkan dengan Papa yang 185 cm. Aku lahir di Canada, tapi sewaktu umur 10 tahun, Papa ditugaskan ke Medan, Indonesia. Jadi aku juga ikut, dan bersekolah di sana. Mula-mula terasa asing juga kota ini bagiku. Tapi lama kelamaan aku juga dapat terbiasa. Terus terang, pemikiranku lebih condong kepada pemikiran-pemikiran Timur, mungkin karena didikan Mama yang keras. Biarpun di negara-negara Barat sudah biasa terjadi hubungan seks remaja, namun aku belum pernah melakukannya dengan pacarku, well… at least pada saat itu.
Hari kedua di Jakarta, aku minta diantar oleh supir ke rumah Tante Anne. Rumahnya ter nggak jumpa. Wajahnya masih saja sama seperti yang dulu, seakan dia tidak bertambah tua sedikitpun. “Oh yah… tuh supirnya disuruh pulang saja Chris… ntar kamu bawa saja mobil Tante kalau mau pulang”, aku pun mengiyakan, dan menyuruh pulang supirnya.”Wah… besar sekali rumahnya yah Tante”, kataku sewaktu kami memasuki ruang tamu. Aku dengar dari Mama sih, katanya suaminya Tante Anne ini anak salah seorang konglomerat Jakarta, jadi nggak heran kalau rumahnya semewah ini. Setelah itu kami ngobrol-ngobrol, dia menanyakan keadaan Mama, Papa dan kakek. Tante Anne juga sudah lama tidak bertemu dengan Mama. Lumayan lama kami ngobrol, setelah itu dia mengajakku untuk makan malam.”Makan dulu yuk Chris… tuh sudah disiapin makanannya sama si Ning”, katanya menunjuk ke pembantunya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.
“Kita nggak nunggu Om Joe?” aku menanyakan suaminya.”Oh… nggak usah, Om mu nggak pulang malam ini katanya”,”Oh… ok deh”, kataku sambil beranjak ke ruang makan. Rumah sebesar ini cuma dihuni sendirian dengan pembantunya. Berani juga Tanteku ini.”Kamu berani pulang entar Chris? sudah malem loh ini”, katanya sambil melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan jam 7 lewat 30 menit.”Ah berani kok Tante…”"Hmm… mending kamu tidur di sini saja deh malem ini… tuh ada kamar kosong di atas.”"Umm… iyah deh… ntar aku telepon ke Kakek kalau gitu”, dalam hati, aku mengira bahwa Tanteku ini menyuruhku menginap karena dia takut sendirian di rumah, sama sekali tidak ada pikiran negatif dalam otakku sewaktu aku mengiyakan tawarannya.Sehabis makan, aku pun menelepon ke rumah kakek, dan memberitahu bahwa hari ini aku menginap di rumah Tante Anne.”Oh iyah… kalau kamu mau mandi air panas, pakai saja kamar mandi Tante. Ntar kamu pakai saja bajunya Om Joe. Yuk sini!”"He… eh”, aku mengangguk sambil mengikutinya.
Kamar mandi yang dimaksud terletak di dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar mewah dan besar. Dengan tempat tidur ukuran double di tengah-tengah ruangan, mini theatre set, dan sebuah kamar mandi di sudut ruangan.”Nih… coba… bisa pakai nggak kamu?” dia memberikan T-shirt dan celana pendek kepadaku.”Bisa kayaknya”, aku pun mengambil pakaian itu dan membawanya ke kamar mandi. Sehabis dari kamar mandi, aku sempat sedikit kaget melihat Tante Anne. Dia mengenakan baju tidur tipis, tidur tengkurap di atas tempat tidur. Kelihatan dengan jelas celana dalamnya, tapi aku tidak melihat tali BH di punggungnya. Terangsang juga aku melihat pemandangan seperti itu. Kelihatannya ia tertidur saat menonton TV. TV-nya masih menyala. Aku berjalan ke arah TV, bermaksud mematikannya. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung di TV, mendadak aku terdiam pas di depan TV. Kulihat ke belakang, Tante Anne masih tidur. Aku berdiri menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku saat itu.
“Hey…” saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus Tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik, kulihat Tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.”Kirain Tante sudah tidur… hehe”, kataku asal-asalan sambil berjalan hendak keluar dari kamar.”Chris… bisa tolong pijitin badan Tante? Pegel nih semua”, terdengar suara helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak menjawab, kulihat Tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana dalamnya.”Ya…” hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah Tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya. “Engghh…” terdengar dia mengerang perlahan.
“Hey…” saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus Tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik, kulihat Tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.”Kirain Tante sudah tidur… hehe”, kataku asal-asalan sambil berjalan hendak keluar dari kamar.”Chris… bisa tolong pijitin badan Tante? Pegel nih semua”, terdengar suara helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak menjawab, kulihat Tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana dalamnya.”Ya…” hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah Tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya. “Engghh…” terdengar dia mengerang perlahan.
“Om Joe kapan pulangnya Tante?” kuatir juga aku ketauan oleh suaminya.”Emm… mungkin minggu depan… nggak tau deh… kalau Om mu sih… jarang di rumah. Mungkin seminggu pulang sekali”, dalam hatiku merasa kasihan juga kepada Tante Anne. Pantas saja dia merasa kesepian. “Fhhuuuhh…” kembali terdengar helaan nafas panjang. “Kamu sudah punya pacar Chris?” tanyanya memecah keheningan.”Yah… di Medan.”"Hehehe… cantik nggak Chris?” Tante Anne memang dari dulu senang bercanda. Sangat berbeda dengan ibuku yang kadang bersikap agak tertutup, Tante Anne adalah penganut kebebasan Barat. Aku hanya tersenyum saja menjawab pertanyaannya. “Turun dikit Chris!” aku pun menurunkan pijatanku dari bahu ke punggungnya. “Kamu duduk saja di atas pantat Tante… supaya bisa lebih kuat pijitannya.”Aku yang semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang duduk di atas pantatnya. “Unghh… berat kamu”, mendengus tertahan dia waktu kududuk di atasnya.”Hehehe… tapi katanya suruh duduk di sini”, cuek saja aku melanjutkan pijatanku.
Penisku sudah terasa menegang sekali, sesekali kutekan kuat-kuat penisku ke pantat Tante Anne. Walaupun aku masih memakai celana lengkap, namun sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu penisku kutekan ke pantatnya.”Iiihh… nakal ya… bilangin Mama kamu lho”, katanya sewaktu merasakan penisku menekan-nekan pantatnya.”Sudah belom Tante? sudah cape nih”, kataku setelah beberapa menit memijat punggungnya.”Iyah… kamu berdiri dulu deh… Tante mau balik”, aku berdiri, dan Tante Anne sekarang berbalik posisi. Sekarang aku bisa melihat wajahnya yang cantik dengan jelas, payudaranya yang masih kencang itu berdiri tegak di hadapanku. Puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aku sampai terbengong beberapa detik dibuatnya.”Hey… pijit bagian depan dong sekarang”, katanya.Aku duduk di atas pahanya, kuremas dengan lembut kedua payudaranya. Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku. “Ihh… geli… hihihihi…” dia cekikikan. Aku benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan nafsuku lagi.
Sekarang ini yang ada dalam otakku hanyalah bagaimana memuaskan Tante Anne, memberinya kepuasan yang selama ini jarang ia dapatkan dari suaminya. Rasa kasihan akan Tante Anne yang telah lama merindukan kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yang sudah menggelora. Aku menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil memejamkan matanya pasrah. Kuakui inilah pertama kalinya aku melihat wanita telanjang secara nyata. Tapi agaknya aku tidak begitu canggung, sepertinya aku melakukan semuanya dengan begitu alamiah. Tante Anne membuka lebar kedua pahanya begitu celana dalamnya kulepas. Kulihat dengan jelas vaginanya dengan bulu-bulu halus yang dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya. “Sudah sering beginian yah kamu Chris?” tanyanya heran juga melihat aku begitu mantap.”Ehh… nggak kok… baru sekali Tante”, nafasku sudah memburu, kata-kata pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang. Kulihat nafas Tante Anne juga sudah mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
“Jilatin dong Chris!” katanya memelas. Mulanya aku ragu-ragu juga, tapi kudekatkan juga kepalaku ke vaginanya. Tidak ada bau tidak enak sama sekali, Tante Anne rajin menjaga kebersihan vaginanya aku kira. Kujulurkan lidahku menjilati dari bawah menuju ke pusar. Beberapa menit aku bermain-main dengan vaginanya. Tante Anne hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan nikmat. Kulihat ia meremas sendiri buah dadanya dan memuntir-muntir sendiri puting susunya. Aku berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku. Bengong dia melihat penisku yang 18 cm itu. Aku cuma tersenyum kepadanya, dan melanjutkan menjilati vaginanya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.”aahh… ohh God… aargghh…” bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke vaginanya dengan dua tangannya. Aku susah bernafas dibuatnya.”Lagi… arghh… clitorisnya Chriss… ssshh… yah… yah… lagi… oooohh…” semakin menggila lagi dia ketika aku mengulum clitorisnya, dan memainkannya dengan lidahku di dalam mulut.
Aku memasukkan lidahku sedalam-dalamnya ke dalam lubang vaginanya. Bau cairan kewanitaan semakin keras tercium. vaginanya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di vaginanya dengan cepat dan kasar. Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aku merasa cairan hangat semakin banyak mengalir keluar dari vaginanya. Aku jilati semuanya.”Ohh… God… bener-benar hebat kamu Chris… lemas Tante… aahh… nggak kuat lagi deh untuk berdiri… shitt… sudah lama nggak begini”, dia terbujur lemas setelah 1/2 jam yang melelahkan itu. Aku cuma tersenyum. Perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi tempat tidur, kubuka pahanya selebar-lebarnya dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Vaginanya sekarang terbuka lebar. Nampaknya ia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan sekarang padanya. Begitu ia sadar penisku sudah menempel di bibir vaginanya.”Ohh…” ia cuma bisa menjerit tertahan.
Lalu ia pura-pura meronta tidak mau. Aku juga tidak tahu bagaimana cara memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sering lihat di film-film, dan mereka melakukannya dengan mudah. Tapi ini sungguh berbeda. Lubangnya sangat kecil, mana mungkin bisa masuk pikirku. Tiba-tiba kurasakan tangan Tante Anne memegang penisku dan membimbing penisku ke vaginanya.”Tekan di sini Chris… pelan-pelan yah… punya kamu gede banget sih”, pelan ia membantuku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Belum sampai seperempat bagian yang masuk ia sudah menjerit kesakitan.”Aahh… sakitt… oooh… pelan-pelan Chris… aduuh….” tangan kirinya masih menggenggam penisku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu deras. Sementara tangan kanannya meremas-remas kain sprei, kadang memukul-mukul tempat tidur. Aku merasakan penisku diurut-urut di dalam vaginanya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan Tante Anne membuat penisku susah untuk masuk lebih ke dalam lagi. Aku menarik tangannya dari penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya.
Kemudian kudorong penisku masuk sedikit lagi. Aduhh… sakkkitt… ooohh… ssshh… lagi… lebih dalam Chriss… aahh”, kembali Tante Anne mengerang dan meronta. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat pinggulnya supaya ia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya penisku ke dalam. Kembali Tante Anne menjerit dan meronta dengan buas. Aku diam sejenak, menunggu dia supaya agak tenang. “Goyang dong Chris”, dia sudah bisa tersenyum sekarang. Aku menggoyang penisku keluar masuk di dalam vaginanya. Tante Anne terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku. Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata.Tiba-tiba kurasakan vaginanya menjepit penisku dengan sangat kuat. Tubuh Tante Anne mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.”Ohh… ooohh… Tante sudah mau keluar nih… sshh… aahh”, goyangan pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan.
“Kamu masih lama nggak Chris? Kita keluar bareng saja yuk…. aahh”, tak menjawab, aku mempercepat goyanganku. “Aahh… shitt… Tante keluar Chrisss… ooohh… gile”, dia menggelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku. Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku bakal keluar tidak lama lagi.”Aahh… sshh…” kusemprotkan saja cairanku ke dalam vaginanya. Lalu kucabut penisku, dan terduduk di lantai.”Kamu hebat… sudah lama Tante nggak pernah klimaks.”"aah… capek Tante.”"Mandi lagi yuk… lengket-lengket nih jadinya”, ia berjalan ke kamar mandi dan aku mengikutinya. Kami saling membersihkan tubuh di bawah siraman shower. Setelah mandi, kami tidur-tiduran tanpa busana, berciuman, sambil ngobrol macem-macem. VCD porno yang tadi sudah habis rupanya. Tante Anne menggantinya dengan VCD yang lain.”Eh… yang ini bagus loh Chris”, lalu ia menghidupkannya. Filmnya tentang seorang gadis yang diperkosa, sedikit sadis menurutku, tapi sangat merangsang sekali.
“Tante sudah lama kepengen coba yang seperti itu Chris… kalau Om mu sih… nggak ada seninya… taunya cuman goyang, nembak, tidur… susah juga hahaha… kamu mau coba nggak?” dia tersenyum melihatku.”Hehehe… terserah…”"Ok!” lalu ia berjalan ke lemarinya. Sewaktu ia membukanya, aku terkejut juga melihat begitu banyak Sex Stuff seperti vibrator, tali, handcuff, dan banyak lagi.”Wah… banyak amat peralatannya Tante”, kataku bercanda.”He eh… yah beginilah… soalnya Om kamu jarang pulang sih. Tante kan butuh seks juga. Yah… terpaksa harus bermain dengan fantasi sendiri.”"Hehehe”, aku cuma tertawa kecil. Kulihat ia mengambil tali dari lemari.”Nih… kerjain Tante seperti yang di film itu dong Chris!” ia melemparkan tali itu kepadaku dan berjalan ke arah tempat tidur. Tempat tidur itu bergaya Eropa pertengahan, mempunyai pagar rendah berjeruji di sisi atas dan bawah. Ia memegang pagar berjeruji itu. Aku mengikat tangannya di jeruji itu, ia sekarang membungkuk membelakangiku dengan tangan terikat.
Aku berjongkok dan mulai menjilati vaginanya untuk pemanasan.”Sssh… oouhh…” kembali kudengar erangannya. Setelah beberapa saat vaginanya mulai basah. “Pakai vibrator Chris!” aku berjalan ke lemari dan mengambil vibrator yang berbentuk seperti penis manusia itu. Hati-hati kumasukkan vibrator itu ke dalam vaginanya, lalu kugeser switch ke posisi “low”. Terdengar vibrator itu mulai berdengung halus.”Ouuh… aahh…” kelihatannya Tante Anne sangat menikmati permainan.Tempo permainan sangat lambat kali ini. Ia menggelinjang sedikit mengiringi dengungan halus vibrator. Sambil sebelah tanganku memegangi vibrator supaya tidak lepas dari vaginanya, aku memberinya tepukan di paha, memberinya tanda agar ia membuka pahanya selebar-lebarnya. “Jilat anus Tante Chris!” kembali ia memberi komando. Aku mulai menjilati pahanya yang putih dan jenjang, perlahan berpindah ke anus. Bosan menjilati anusnya, aku berdiri, memeluknya dari belakang, dan meremas payudaranya dengan sebelah tanganku yang masih bebas. Beberapa saat kemudian ia orgasme.
Lalu ia menyuruhku memasukkan penisku ke dalam lubang anusnya. Aku sempat terkejut mendengarnya. Menurutku pasti akan sakit sekali penisku dijepit oleh lubang anusnya. Tetapi Tante Anne terus-terusan meminta dengan suara yang memelas.”Tante sudah pernah nyoba?” tanyaku ragu-ragu.”Pernah… pakai vibrator… cobain saja deh… lebih sempit loh di sini… Tante kepingin nyoba dimasukin 2 lubang sekaligus.”"Ok!” aku kembali membungkuk, kujilat bagian sekitar anusnya untuk melicinkannya. Kulihat Tante Anne merintih-rintih ketika vibrator kugoyang agak cepat, tetapi ia tidak bisa banyak meronta karena tangannya masih terikat kuat ke jeruji tempat tidur. Setelah merasa jalan masuk cukup licin aku pun mengambil ancang-ancang, kugesek-gesekkan dulu kepala penisku di sekitar anusnya.”Yahh.. langsung saja Chriss”, Tante Anne yang sudah tidak sabar, memundur-mundurkan pantatnya agar penisku bisa segera masuk ke dalam lubang anusnya. Kutarik vibrator yang masih saja berdengung itu dari belakang, supaya pantat Tante Anne makin menempel ke kepala penisku.
Akibatnya vibrator itu melesak makin dalam ke vaginanya Tante Anne. “Aahh… ooohh… sshh…” semakin menggila saja dia. Pelan kudorong kepala penisku ke dalam lubang anusnya.Kepala penisku terasa sedikit pedih, aku menghentikan dorongannya sejenak. “Oooohh… yahh… terussss… deeper Chriss….”"Sssshh… oooohh…” aku hanya bisa mendesis menahan pedih yang bercampur nikmat ketika penisku masuk kira-kira setengah bagian ke dalam lubang anusnya. Menurutku masuk melalui lubang anus tidak begitu nikmat, karena tidak ada cairan yang melicinkannya. Tapi kulihat Tante Anne bagaikan sedang terbang sekarang. Nikmat sekali katanya. Kukira itu karena dua lubangnya sedang terisi. Tante Anne terus saja menggoyang-goyang pinggulnya kebelakang supaya penisku dapat masuk lebih dalam ke dalam lubang anusnya. Aku tidak dapat menahan lagi goyangannya, kubenamkan sekuat tanaga penisku ke dalam anusnya. Rasanya seperti penisku sedang di massage dengan kuat di dalam. Tanpa sadar, karena menahan nikmat tanganku menggoyang-goyangkan vibrator itu dengan kencang.
Tempo permainan berubah menjadi liar sekarang. Tangan Tante Anne mencengkeram jeruji tampat tidur dan menggoyangnya karena nikmat yang tak terkira. Aku mencoba menggoyang penisku di dalam anusnya. Memang sedikit pedih karena kurangnya cairan pelicin di dalam anusnya, tapi aku tidak peduli lagi. Sesekali kugunakan tangan kiriku untuk meremas payudaranya yang tergantung-gantung itu. Beberapa saat kemudian aku merasa mau orgasme.”Aahh… oouuhh… Tante sudah mau keluar belum?” tanyaku dengan nafas memburu.”Engggh… sssssh… iyah…”Kurasakan Tante Anne semakin menggila menggoyang pinggulnya. Kemudian dia tubuhnya menegang, kemudian terkulai lemas. Aku pun merasa maniku sudah di ujung-ujungnya. Kupercepat goyangan, kuremas payudaranya dengan kasar, dan kukocok vibratornya lebih cepat lagi. Kulihat Tante Anne menjerit-jerit, tapi ia tak bisa berbuat banyak karena tangannya terikat dengan kuat.”Arrrgghh… ooohh…” seiring dengan eranganku, kusemprotkan maniku ke dalam anusnya. Kali ini kurasakan maniku keluar banyak sekali.
Lalu kucabut penisku dari dalam anusnya, dan kucabut vibrator dari vaginanya. Sekilas kulihat vagina dan anusnya merah sekali dan sedikit membengkak. Kubuka ikatan tangannya dan dia memeluk serta menciumiku. Lalu kami berdua tertidur di lantai.Pengalaman ini tak akan pernah kulupakan. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih melakukannya. Tante Anne benar-benar seorang seks maniak yang tak bisa puas, setiap kali berhubungan selalu ada saja cara-cara baru yang ia ajarkan. Kukira ini juga mempengaruhi tingkah laku seksualku. Sampai sekarang aku senang melakukan hubungan seks dengan fantasi tinggi, seperti menggunakan tali, cambuk, handcuff, dan sebagainya. Aku menjadi senang menyiksa lawan mainku. Sepertinya puncak kenikmatanku sulit tercapai kalau aku tidak melakukannya
Tergoda Tante Mona
Tergoda Tante Mona
Sebut saja namaku Setio, usiaku 32 tahun, sudah empat tahun perkawinanku tapi seorang anak belum kami dapatkan. Karena cintaku pada istriku, tidak ada niat untukku berselingkuh, tapi sejak perkenalanku dengan wanita itu, aku tergoda untuk selingkuh. Perkenalanku dengan wanita itu berawal 2 tahun yang lalu, saat kakak istriku mau menikah, kami mengunjungi rumah calon mempelai wanita untuk melamar, aku melihat seorang wanita berumur kira-kira 40 tahunan yang kutahu dia adalah istri dari pamannya calon pengantin wanita, dan kutahu kemudian namanya Tante Mona, karena kami sama-sama panitia perkawinan iparku.
Awalnya kuanggap biasa perkenalan ini, tetapi pada waktu hari perkawinan iparku, aku terpana melihat kecantikan Tante Mona yang memakai baju kebaya bordiran, sehingga lekuk tubuh dan bentuk payudaranya terbayang ditutupi kemben (pakaian kain Jawa) hitam yang membuatku ingin sekali melirik kemana perginya Tante Mona dan membayangkannya di saat Tante Mona telanjang.
Setelah acara pernikahan itu selesai, otomatis kami jarang sekali bertemu, karena Tante Mona harus menemani suaminya yang tugas di Surabaya. Hampir satu tahun lamanya aku ingin melupakan dirinya, tetapi ketika iparku memiliki anak, aku bertemu lagi dengan Tante Mona pada waktu menengok bayi. Saat itu Tante Mona mengenakan baju dan jeans ketat, sehingga lekuk tubuhnya membayangi lagi pikiranku yang terbawa hingga kutidur.
Sebulan kemudian, ketika acara syukuran bayi iparku, tante Mona datang dengan suaminya dan ibunya Tante Mona yang duduk di kursi roda akibat sakit stroke yang katanya sudah 4 tahun diderita. Dan dari iparku, kuketahui Tante Mona sekarang satu bulan di Jakarta untuk menjaga ibunya dan satu minggu menemani suaminya di Surabaya.
Sebulan kemudian, ketika acara syukuran bayi iparku, tante Mona datang dengan suaminya dan ibunya Tante Mona yang duduk di kursi roda akibat sakit stroke yang katanya sudah 4 tahun diderita. Dan dari iparku, kuketahui Tante Mona sekarang satu bulan di Jakarta untuk menjaga ibunya dan satu minggu menemani suaminya di Surabaya.
Seminggu setelah itu, temanku datang ke rumah untuk menawarkan bisnis “MLM” berbasis food suplement yang dapat membuat beberapa penyakit sembuh. Langsung pikiranku tertuju kepada ibunya Tante Mona. Setelah dapat nomor telpon Tante Mona dari iparku, aku langsung menghubunginya. Setelah obrolan kami, Tante Mona setuju untuk mencobanya terlebih dahulu. Keesokan harinya, ketika aku mengantar obat itu, aku berharap bisa ketemu Tante Mona, tapi karena ibunya sedang anval, otomatis aku hanya bertemu pembantunya.
Satu minggu kemudian, tiba-tiba HP-ku berdering, sebenarnya aku malas menerimanya karena nomor yang tertera tidak kukenal, tapi dengan agak malas kuterima juga telpon itu yang rupanya dari Tante Mona.”Dik.. Setio, ya..? Disini Tante Mona.”"Eh.. iya Tante.. apa khabar..?”"Wah.., Dik.. tante senang loh kayaknya obat yang adik kirim buat ibu bagus sekali, ibu sekarang sudah nggak pakai kursi roda lagi.. kalau begitu tante pesan lagi yach..? Kapan bisa kirim..?”"Selamet deh Tante… eng.. kalau begitu besok siang deh.. Tante.. saya kirim ke rumah..!”"Ya.. sudah.. sampai besok yach..!”
Keesokannya, pukul 11:00 aku ke rumah Tante Mona. Ketika sampai, aku disuruh menunggu oleh pembantunya di ruangan yang sepertinya ruang perpustakaan. Tidak lama kemudian Tante Mona muncul dari pintu yang lain dari tempat kumasuk ruangan itu. Saat itu Tante Mona mengenakan baju model jubah mandi yang panjang dengan tali di pinggangnya, dan mempersilakan aku duduk di sofa yang dia pun ikut duduk, sehingga kami berhadapan. Ketika dia duduk, satu kakinya disilangkan ke kaki yang lain, sehingga betisnya yang bunting padi dan putih bersih terlihat olehku, membuat pikiran kotorku kepada Tante Mona muncul lagi.
Kami mengobrol panjang lebar, Tante Mona menanyakan hal tentang perkawinanku yang sudah 4 tahun tetapi belum dikaruniai keturunan, sedangkan dia menceritakan bahwa sebenarnya Tante Mona menikah disaat suaminya telah mempunyai anak yang sekarang sudah kuliah. Setelah hampir satu jam kami mengobrol, Tante Mona mengatakan padaku bahwa ia senang kalau ibunya sudah agak membaik.”Oh.. ya berapa nih harga obatnya..?”"Ah.. sudah Tante, nggak usah, gratis kok, tujuan saya khan yang penting Ibu bisa baik.”"Ah.. nggak lah Dik, Tante ambil dulu yach uangnya di kamar.”
Tante Mona berdiri dan masuk ke pintu tempat tadi dia datang, tapi pintu itu dibiarkannya terbuka, sehingga kulihat kalau kamar di sebelah ruang kududuk adalah kamar tidur Tante Mona. Dari dalam dia teriak ke arahku menanyakan harganya sambil memanggilku.”Dik.. Setio, berapa sih harganya..? Kamu sini deh..!”Dengan agak ragu karena perasaanku tidak enak masuk kamar orang lain, kuhampiri juga Tante Mona.
Begitu sampai di pintu, aku seperti melihat suatu mukjizat, dan tiba-tiba perasaanku terhadap Tante Mona yang pernah ada dalam pikiranku muncul. Tante Mona berdiri di samping tempat tidurnya dengan jubah yang dipakainya telah tergeletak di bawah kakinya. Aku melihat tanpa berkedip tubuh Tante Mona yang sedang berdiri telanjang dada dan pangkal pahanya tertutup celana dalam berwarna pink memperlihatkan sekumpulan bulu hitam di tengah-tengahnya.”Dik, kalau kamu nggak mau dibayar sama uang, sama nafsu Tante Mona aja yach..? Kamu mau khan..?”"E.. e.. eng.. bb… boleh deh Tante..!”
Tiba-tiba kali ini aku bisa melihat Tante Mona yang setengah bugil dan memohon kepadaku untuk melayani nafsunya, kuhampiri dia sambil menutup pintu. Bentuk tubuh Tante Mona sungguh indah di mataku, kulitnya putih bersih, payudara yang berukuran 36B berdiri dengan tegaknya seakan menantangku, lekukan paha dan kaki jenjangnya yang indah dan betisnya yang bunting padi, persis bentuk tubuhnya penyanyi Jennifer Lopez. Aku seakan tidak bisa menelan ludahku karena Tante Mona sekarang tepat berdiri di depanku.
“Dik.. Setio, layani Tante yach..! Soalnya sudah dua bulan Tante tidak dijamah Om..”"Iya.. Tante, ta.. tapi.. kalau anak-anak Tante datang gimana..?”"Anak-anak kalau pulang jam 5:00 sore, lagi itu kan anak-anaknya Om.”"Ok.. deh Tante, Tante tau nggak, kalau hal ini sudah saya impikan sejak pernikahan Desi, soalnya Tante seksi banget sih waktu itu.”"Sekarang.. sudah nggak seksi dong..?”"Oh… masih.. apa lagi sekarang, Tante kelihatan lebih seksi.”
Bibir tipisnya mencium bibirku dengan hangat, sesekali lidahnya dimainkan di mulutku, aku pun membalasnya dengan lidahku. Tangan lembutnya mulai melepaskan dasi dan bajuku hingga kami sudah telanjang bagian atasnya. Dada bidangku mulai diciumi dengan nafsunya, sementara lehernya dan pundaknya kuciumi. Wangi tubuhnya membuat nafsuku juga meningkat, sehingga batangku mulai mengeras mendesak celana dalamku. Tangannya mengelus celanaku di bagian batangku yang sudah mengeras, sedangkan aku mulai memainkan mulutku di payudaranya yang terbungkus kulit putih bersih, putingnya yang putih kemerahan sudah jadi bulan-bulanan lidah dan gigiku, kugigit dan kusedot, sehingga Tante Mona mengelinjang dan makin keras tangannya mencengkram batangku.
Celana panjangku mulai dibuka dengan tangan kirinya, lalu celana dalamku ditarik turun sehingga batangku sudah dipegang tangan halusnya dan mulai mengocok batangku.”Dik… batangmu besar sekali yach..? Kalau punya Om paling setengahnya aja, berapa sih besarnya..?”"Kalau panjangnya 20 cm, kalau diameternya 4 cm.”"Wah.. gede banget yach… pasti Tante puas deh.., boleh Tante isap nggak..”Aku hanya mengangguk, Tante mona langsung jongkok di hadapanku, batangku dipegangnya lalu dimainkan lidahnya pada kepala batangku, membuatku agak gelisah keenakan. Batangku yang besar berusaha dimasukkan ke dalam mulut mungilnya, tetapi tidak bisa, akhirnya kepala batangku digigit mulut mungilnya.
Kira-kira 15 menit, dia berdiri setelah kelelahan mengulum batangku, lalu dia merebahkan dirinya di sisi tempat tidur. Kali ini aku yang jongkok tepat di sisi kedua kakinya, tangan kananku melepaskan celana dalam pinknya, saat itu juga aroma wangi langsung bertebaran di ruangan yang rupanya aroma itu adalah aroma dari vagina Tante Mona yang bentuknya sangat indah ditutupi bulu-bulu halus di sekitar liang vaginanya.”Ah.. Tante Mon.. vagina Tante harum sekali, boleh saya jilatin..?”"Ah.. jangan Dik… kamu nggak jijik, soalnya si Om nggak pernah menjilatinya.”"Wah.. payah si Om… vagina itu paling enak kalau dijilatin, mau yach.. Tante… enak.. kok..!”"Iya deh… kalau kamu nggak jijik.”
Paha putihnya sudah kuusap lembut dengan tangan kiriku, sementara jari tengah tangan kananku mulai menjamah liang vaginanya.Kulihat Tante Mona melirik ke arahku sambil berkata, “Dik… jilatnya yang enak yah..!”Aku hanya mengangguk sambil mulai kutempelkan lidahku pada liang vaginanya yang rupanya selain wangi rasanya pun agak manis, membuatku semakin bernafsu untuk menjilatinya, sementara kulirik Tante Mona sedang merasakan geli-geli keenakan.”Ah… ah… ssh.. argh… iya.. yach.. Dik.. enak deh rasanya.. wah kalau gini.. besok-besok mainnya sama Dik Setio aja deh… sama Om… ntar-ntar deh.. abis… enak.. banget.. sih.. Dik Setio mau khan..? Ah.. argh..!”
Aku tidak menjawab karena lidahku sudah menemukan biji klitoris yang rasanya lebih manis lagi dari liangnya, sehingga makin cepat kujilati. Rasa manisnya seakan-akan tidak pernah hilang. Tante Mona semakin menggelinjang tidak karuan, sementara tangannya menekan kepalaku yang seakan dia tidak mau kalau kulepaskan lidahku dari biji klitorisnya. Hampir 30 menit klitoris manis itu kujilati ketika tiba-tiba tubuh Tante Mona mengejang-ngejang, dan dari klitoris itu mengalir deras cairan putih bersih, kental dan rasanya lebih manis dari biji klitoris, sehingga dengan cepat kutangkap dengan lidahku, lalu kutelan cairan itu sampai habis. Tante Mona pun mendesah dan langsung tubuhnya lemas.
“Argh.. argh… agh.. ssh… sshh.. eeegh.. eegh.. Dik.. Setio.. enak… buangget.. deh.. kamu.. pintar… membuat.. Tante.. keluar.. yang belum pernah Tante.. keluarin dengan cara begini… kamu.. hebat deh, agh.. agh..!”Kuubah posisi Tante Mona, kali ini kakinya terjuntai ke bawah, lalu kuposisikan batangku tepat di liang kemaluannya yang masih agak basah. Dengan jariku, kurenggangkan liang vaginanya, lalu dengan sedikit hentakan, batang kejantananku kudorong masuk, tapi agaknya vagina itu masih agak sempit, mungkin karena batangku yang besar. Kucoba lagi hingga 5 kali tapi belum bisa masuk.
“Tante… Vagina Tante.. sempit.. yach.. padahal saya sudah tekan berkali-kali..”"Iya.. dik… mungkin karena belum pernah melahirkan.. yach.. tapi tekan.. aja terus… biar batang adik.. masuk.. nggak apa-apa kok.. kalau sampai vagina saya robek…”Kucoba lagi batangku kutekan ke dalam vagina Tante Mona. Akhirnya setelah 15 kali, Tante Mona menjerit keenakan, masuklah batang kejantananku yang super besar itu merobek liang kewanitaannya.
“Ooowww… argh.. argh.. gila… hegk.. hegk.. gede… banget.. sich.. Dik batangmu rasanya nembus ke perut Tante nich… tapi.. enak.. banget dech.. trus.. Dik.. trus.. tekannya.. argh.. argh..!” desahnya tidak menentu.Kulihat Tante Mona berceracau sambil dengan perutnya berusaha menahan batangku yang masuk lubang kenikmatannya. Kutekan keluar masuk batangku pada vaginanya berkali-kali, tangannya memegang perutku berusaha menahan tekanan batangku pada vaginanya. Tanganku mulai meremas-remas payudaranya, kupelintir putingnya dengan jariku.
Hampir satu jam Tante Mona melawan permainanku. Tiba-tiba tubuh Tante mona menggelinjang dengan hebatnya, kakinya disepak-sepak seperti pemain bola dan keluarlah cairan dari vaginanya yang membasahi batangku yang masih terjepit di liang senggamanya. Cairan itu terus mengalir, sehingga meluber keluar membuat pahaku dan pahanya basah, tetapi aku belum merasakan apa-apa. Yang kukagetkan adalah ketika kulirik cairan yang mambasahi paha kami ada tetesan darahnya, aku berpikir bahwa selama ini Tante Mona pasti masih perawan walau sudah berkali-kali main dengan suaminya.
Kulihat tubuh Tante langsung tergolek loyo, “Argh.. arghh.. ssh.. aaawww.. oohhh.. Dik Setio… kamu.. e.. emang.. hebat..! Batangmu… yahud. Aku benar-benar puas.. aku.. sudah.. keluar. Besok.. besok.. aku hanya.. mau… memekku.. dihujam.. punyamu.. saja. Ah.. arghh.. ah.. ah.. ah.. ah..!”Badan Tante mona langsung kuputar hingga kali ini dia tengkurap, pantatnya yang dibungkus kulitnya yang putih bersih dengan bentuk yang padat dan sexy, membuat nafsuku bertambah besar. Kuangkat sedikit pantatnya supaya agak menungging dan terlihatlah vagina yang tersembunyi di balik badannya. Aku agak menunduk sedikit, sehingga memudahkan lidahku memainkan liang kemaluannya untuk menjilati sisa-sisa cairan yang baru saja dikeluarkan oleh Tante mona. Cairan itu sangat manis rasanya sehingga langsung kuhisap habis.
Setelah cairan itu habis, kutempelkan lagi batang keperkasaanku pada liang senggamanya. Karena tadi Tante mona sudah orgasme, jadi liang kemaluannya sedikit lebih lebar dan memudahkanku dalam menekan batang kejantananku untuk masuk ke lubangnya Tante Mona.”Jleb… bless.. jleb… bless… ah… ah.. sedapnya.. memek… Tante.. deh… ah..!”Aku memasukkan batang kejantananku ke liang Tante Mona dengan berceracau, karena liang senggama Tante mona sangat sedap sekali rasanya. Sementara kulihat Tante Mona tidak bersuara apa-apa, karena dia sudah tertidur lemas. Batang kejantananku keluar masuk liangnya dengan lembut, sehingga aku pun menikmatinya. Hal itu berlangsung satu jam lamanya. Tiba-tiba Tante Mona terbangun dan dia mengatakan bahwa dia mau mencapai orgasme yang kedua kalinya, dan meneteslah cairan kental lagi dari liang kewanitaan Tante mona yang membasahi batang kemaluanku.
“Agh.. agh.. aaawww.. arghh.. sshh.. Dik.. Se.. Setio ka.. kamu memang… he.. hebat..! Tante sampai dua.. kali.. keluar.., tapi… kamu.. masih tegar… argh.. sshhh..!”"Ah.. Tante… saya juga sudah.. mau keluar… saya.. mau… keluarin.. di luar.. Tante… agh..!”"Jangan.. Dik Setio… keluarin.. aja.. di dalam… memek.. Tante…. Tante… mau.. coba… air.. mani… Dik… Setio. Siapa tahu nanti.. Tante bisa.. hamil.. Keluar di dalam… yach.. Dik..!”Tante Mona merengek meminta untuk air maniku harus dikeluarkan di dalam vaginanya, sebenarnya aku agak bingung atas permintaannya, tetapi setelah kupikir, aku dan Tante menginginkan seorang keturunan. Akhirnya kulepas cairan maniku ke liang senggamanya dengan sedikit pengharapan.
“Crot… crot.. serr.. serrr.. agh… aghr.. agh.. Tante… Tante mona… memek Tante memang.. luar biasa… argh.. argh..!”"Ahhh.. ahhh.. Dik… air mani.. kamu… hangat.. sekali.. ahhh… Tante.. jadi segar.. rasanya..!”Cairanku dengan derasnya membasahi lubang kemaluan Tante Mona, sehingga agak meluber dan rupanya Tante Mona menyukai air maniku yang hangat. Akhirnya kami pun ambruk dan langsung tertidur berpelukan.
Aku terbangun dari tidurku ketika batangku sedang dihisap dan dijilat Tante mona untuk mengeringkan sisa air maniku, jam pun sudah menunjukkan waktu 4:30. Aku berpikir bahwa hampir 3 jam aku dan Tante mona berburu nafsu birahi.”Dik Setio, terima kasih yach..! Tante Mona puasss deh sama permainan seks kamu… Kamu lebih hebat dari suami saya. Kapan kita bisa main lagi..? Tante udah pingin main lagi deh…”"Iya Tante, besok pun juga boleh. Habis saya juga puas. Tante bisa mewujudkan mimpi saya selama ini, yaitu menikmati tubuh Tante Mona dan Tante luar biasa melayani saya hampir tiga jam. Wahh, Tante memang luar biasaa…”"Iya.., kamu pun hebat, Dik Setio. Saya suka sekali ketika batangmu menghujam memek saya. Terlebih air mani kamu, hangggattt.. sekali. Besok kita bisa main lagi khan..?”"Iya… sayangku. Sekarang kita bersih-bersih, nanti anak dan suamimu datang..!”
Kukecup bibir Tante Mona yang setelah itu kami membersihkan badan kami bersamaan. Di kamar mandi, Tante mona sekali lagi kusodok liang senggamanya sewaktu bershower ria.Setelah itu, hampir setiap hari aku bertemu Tante Mona untuk memburu nafsu birahi lagi. Hingga sekarang sudah berlangsung 3 bulan lebih lamanya, dan yang agak menyejukkan hati kami berdua bahwa sejak sebulan lalu, Tante mona dinyatakan hamil
Gairah Keluarga Istriku
Gairah Keluarga Istriku
Satu lagi kisahku yang berkaitan dengan isteriku adalah ketika aku harus ke Menado untuk suatu urusan. Biasanya aku tak pernah mampir kerumah keluarga isteriku yang memangnya berasal dari sana, tetapi kali ini aku terpaksa harus mampir ke Amurang karena isteriku menitipkan beberapa barang untuk adik dan kakaknya disana. Setelah selesai urusanku dikota Manado, maka aku segera memanggil taksi untuk ke Amurang yang letaknya cukup jauh dari kota Manado. Aku sebenarnya kepengen menginap di Manado saja karena disana ceweknya hebat hebat dan menyenangkan, tetapi karena aku harus ke Amurang, maka aku putuskan untuk menginap disana saja, tokh aku tahu kalau rumah keluargaku cukup besar disana dan aku bisa menempati paviliunnya yang sangat menyenang-kan. Aku sampai di Amurang sekitar jam 4 sore, dirumah aku disambut oleh mertuaku, Elsa kakak isteriku serta Vera adik isteriku. Aku menatap wajah ketiga orang ini dengan pikiran yang melayang layang, karena sejujurnya saja baik itu ibu mertuaku, kakak iparku maupun adik iparku semuanya cantik dan mempunyai keseksiannya sendiri sendiri. Mereka tanpa canggung memelukku serta menciumiku seperti biasanya orang yang kangen. Tetapi aku jadi cekot cekot sendiri. Bayangkan, meskipun mertuaku sudah hampir 55 tahun, tetapi badannya masih montok dengan buah dada yang benar benar hebat ditambah lagi wajah yang cantik, kalau Evie kakak iparku wajahnya kalem khas Manado, tetapi bentuk badannya benar benar ideal karena tinggi langsing dengan buah dada dan pinggul yang tak terlalu besar, kulitnya bersih dan bibirnya selalu tersenyum, berbeda sekali dengan adik iparku Vera yang wajahnya seksi dengan tubuh yang pendek dan padat ditambah buah dada yang montok hampir hampir tak sesuai dengan badannya yang kecil itu. Aku jadi bertanya tanya apakah Vera masih perawan, karena badannya begitu subur.
Kami masuk kerumah bersama sama, Ibu mertuaku merangkul aku dengan mesra sehingga dapat kurasakan buah dadanya menempel ketat dilenganku. Aku jadi nggak karu karuan, apalagi ketika kuperhatikan Vera, roknya yang tipis menyebabkan pantatnya yang memakai celana dalam kecil itu terbayang nyata dihadapanku. Benar benar membuat jakunku turun naik. Aku memang menyadari sejak dulu bahwa keluarga isteriku semuanya cantik, tetapi aku tak pernah menduga bahwa aku dihadapkan pada suasana seperti ini, aku sudah merasakan bahwa malam ini aku akan mendapat santapan yang lezat, entah yang mana tetapi aku pasti akan main dengan salah satu dari mereka atau bahkan dengan ketiganya, karena ibu mertuaku sendiri juga masih “layak dinikmati”
Dalam kamar aku berusaha untuk tidur sejenak karena memang tubuhku penat sekali, aku mencoba untuk tidur barang satu jam agar supaya nanti bisa keluar makan malam dengan keluargaku semuanya. Tetapi entah berapa lama aku tertidur karena ketika aku bangun kulihat diluar sudah gelap dan tak seorangpun yang berani membangunkan aku. Dengan tergesa gesa aku mengambil handukku dan pergi mandi. Tak kulihat seorangpun dirumah, entah kemana semua, tetapi ketika aku mendekati kamar mandi kudengan suara deburan air serta nyanyian wanita yang sayup sayup. Dari suaranya kukira itu suara ibu mertuaku. Benar saja ketika kuketuk pintunya ibu mertuakulah yang menjawab. Kutunggu dimuka pintu dan tak lama kemudian keluarlah mertuaku dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang dilibatkan dibadannya. Aku terpana menyaksikan sembulan buah dada mertuaku yang menonjol dari balik handuk yang dipakainya itu, apalagi ketika mertuaku mengambil pakaian yang ditaruhnya digantungan maka aku dapat melihat bulu ketiaknya yang lebat dan hitam itu. Secara otomatis aku melihat keantara selangkangannya sayang tertutup dengan handuk yang sedikit menutupi pangkal pahanya itu. Dengan nekad aku sengaja menjatuhkan handukku dan ketika mengambilnya aku melirik kepangkal paha mertuaku, benar saja, kulihat kerimbunan jembutnya yang masih basah dengan air. Entah mengerti atau tidak, tetapi mertuaku hanya tersenyum melihatku. Aku segera masuk kekamar mandi dan mulai mandi. Pikiranku yang ngeres menyebabkan kontolku jadi ngaceng nggak karu karuan. Kupercepat mandiku dengan harapan aku bisa nyamperin mertuaku yang kuharapkan masih belum berganti pakaian.
Kusambar handuk, kubiarkan bajuku tergantung dikamar mandi dan aku setengah berlari menuju kekamar mertuaku untuk menjalankan tipu muslihatku. Dengan hanya memakai handuk saja aku berhenti sejenak didepan kamar mertuaku, aku menarik nafas panjang dan tanpa mengetuk aku masuk kekamar itu. Benar saja kulihat mertuaku telanjang bulat didepan kaca sambil menyisir rambutnya yang panjang. Mataku terbeliak melihat buah dada serta jembut mertuaku yang amit amit tebalnya itu. Mertuaku menjerit kaget, dan menoleh kearahku, wajahnya merah padam, tetapi tak sedikitpun ia berusaha untuk menutupi memeknya ataupun susunya. Dengan wajah yang kubuat serius aku meminta tolong mertuaku untuk melihat kontolku yang kukatakan digigit semut, memang tadi sengaja aku mencari semut merah didepan kamar mandi dan kugigitkan kebatang kontolku sehingga kontolku jadi bintul kena sengat semut kecil itu. Ketika melihat aku menyodorkan kontolku yang seperti anak kucing besarnya itu mertuaku jadi terpana, dia tak bisa berkata apa apa namun kuperhatikan matanya terus melekat memandang kontolku itu. Mertuaku mengambil duster dan memakainya untuk kemudian mengambil obat gosok dan mendekati aku.
Dengan agak gemetar mertuaku mendekat dan dipegangnya kontolku untuk melihat bagian yang digigit semut itu. ” Aduh Roy, ngana ini kok ada ada saja sih, untung nih Evie dan Vera lagi keluar, kalau nggak kan Mamie jadi nggak enak ya, sini Mamie kasih minyak gosok biar nggak sakit” Aku merasakan sentuhan tangan mertuaku yang dingin sekali, kurasa kalau dia masih sungkan atau takut karena kenekadanku ini. Setelah membubuhkan minyak gosok, mertuaku mau berdiri, tetapi aku sengaja bilang ” Mamie masih sakit nih, tolong dong dipijit pijit biar nggak terasa sakitnya. Mertuaku tertawa geli dan menyuruh aku duduk dikursi panjang yang ada dikamar itu, setelah aku duduk mertuakupun duduk disampingku dan tangannya mulai memijit mijit bagian kontolku yang sakit itu. Tapi dasar kontolku memang kurang ajar, begitu dipijit sedikit langsung saja dia ngaceng dan berdiri tegak lurus. Mertuaku dengan setengah berbisik berkata ” Roy ngana punya barang kok galak sekali ya ” Aku diam aja karena aku juga merasakan sentuhan buah dada mertuaku yang menyenggol lenganku. Tanpa ragu ragu aku membetulkan tangan mertuaku agar supaya memegang kontolku dengan lebih tepat.
Tiba tiba saja mertuaku melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari kamarnya ” Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar ” Aku yang sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku keluar. Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat. Langsung aku menciumi bukit memeknya yang penuh dengan jembut keriting itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku, meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah untuk menyelipkan bibirku keliang memeknya. Sekali lidahku menyentuh itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengarahkan kontolku keliang memek mertuaku dan sekali kedut kontolku langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku. Kurasakan memek mertuaku sudah longgar, tetapi untuk ukuran kontolku yang over size ini, maka memek seperti ini cocok sekali rasanya, karena kalau terlalu sempit justru membuat aku cepat finish.
Tiba tiba saja mertuaku melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari kamarnya ” Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar ” Aku yang sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku keluar. Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat. Langsung aku menciumi bukit memeknya yang penuh dengan jembut keriting itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku, meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah untuk menyelipkan bibirku keliang memeknya. Sekali lidahku menyentuh itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengarahkan kontolku keliang memek mertuaku dan sekali kedut kontolku langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku. Kurasakan memek mertuaku sudah longgar, tetapi untuk ukuran kontolku yang over size ini, maka memek seperti ini cocok sekali rasanya, karena kalau terlalu sempit justru membuat aku cepat finish.
Benar saja justru beberapa saat kemudian mertuaku yang berkelojotan merasakan nikmatnya gesekan kontolku dan mencapai kepuasannya. Aku tak merasakan perihnya gigitan mertuaku pada pundakku karena aku sedang asyik memacu kontolku untuk mengejar ketinggalanku, ketika kurasakan air maniku sudah hampir menyemprot keluar, kurasakan memek mertuaku sepertinya makin menjepit kontolku sehingga aku jadi melenguh panjang dan semprotan demi semprotan air maniku memancar keluar memenuhi liang memek mertuaku. Baru saja aku menikmati empotan memek mertuaku yang khas itu, tiba tiba saja mertuaku mendorong badanku sambil berkata ” Roy, ngana nekad sekali, bagaimana kalau kelihatan anak anak yang lain, Mamie bisa mati berdiri” Aku hanya menyeringai, kusambar handukku dan aku segera keluar menuju kamar mandi lagi. Kucuci kontolku yang penuh lendir dan segera keluar dari kamar mandi. Benar benar aku merasakan petualangan yang hebat, karena aku tak pernah menyangka bahwa aku dapat mencicipi tubuh mertuaku yang begitu padat dan seksi serta benar benar berpengalaman membuat pria merasakan kenikmatan yang sejati.
Aku tahu bahwa dari cara mertuaku menikmati persetubuhan tadi, dia sudah lama tak pernah merasakan kontol pria, tetapi aku yakin hal itu tak berarti dia tak pernah merasakannya semenjak mertua laki lakiku meninggal. Pasti ada satu atau dua pria yang mengisi kesepiannya dengan memberikan kehangatan seks. Aku sendiri sebenarnya masih belum puas dengan permainan tadi, karena dengan tubuh seperti mertuaku itu, rasanya aku masih mampu mendayung dua tiga kali lagi, tetapi apa mau dikata, mertuaku kuatir kalau diketahui orang. Ketika aku lewat kamar mertuaku, kulihat kamar itu tertutup rapat, sebenarnya aku ingin mengetuknya, tetapi saat itu kulihat Evie berjalan kearahku, sehingga aku mengurungkan niatku itu. Evie tersenyum melihatku,”kenapa ngana kok baru mandi Roy ?” aku jawab kalau aku ketiduran karena terlalu lelah. Evie tersenyum manis yang membuat jantungku berdegup keras, senyuman itu benar benar merangsang dan penuh isyarat undangan yang dapat kutangkap. Sesampai dikamar, aku berbaring dulu ditempat tidur, disamping untuk relax, aku juga memikirkan Evie kakak iparku yang cakep itu. Kalau dilihat dari wajahnya sih memang cantik isteriku yang juga adiknya, tetapi kalau badannya, isteriku bukan apa apa dibandingkan Evie yang lebih mirip mamienya itu. Kubayangkan, apakah mungkin malam ini rejekiku bertumpuk tumpuk sehingga bisa menyantap ketiga wanita yang ada dirumah ini, memikirkan hal ini aku jadi tersenyum sendiri. Aku berpikiran bahwa ketiga perempuan dirumah ini memang kelihatannya nafsunya gede, aku bandingkan mertuaku dengan isteriku yang juga anaknya, tidak jauh berbeda nafsunya. Entah kalau si Evie atau Vera, tetapi aku berani bertaruh bahwa mereka itu juga hebat.
Sedang asyiknya aku melamun, kudengar ketukan pelan dipintu kamarku, aku melompat dari tempat tidurku membenahi handukku dan membuka pintu itu. Kulihat Evie dimuka pintu sambil tersenyum dia berkata ” Roy ayo ngana makan dulu, biar nggak letih itu badan” Aku menyahut “nggak dulu deh Ev, gimana kalau kita omong omong saja dulu disini, nanti kita makan sama sama ya” Evie tak menyahut, tetapi dia langsung masuk dan aku dengan acuh tak acuh menutup pintu itu. Jantungku berdegup keras,”ini dia dapat lagi satu santapan”. bagiku Evie bukan sekedar merangsangku karena tubuhnya, tetapi aku lebih tertarik karena dia adalah kakak isteriku seperti aku juga tertarik pada mertuaku sendiri yang ternyata juga mau main dengan menantunya itu. Karena kursi dikamar itu hanya satu, maka agar supaya Evie duduk diatas tempat tidurku, maka aku cepat cepat duduk dikursi yang cuma satu itu. Benar saja, Evie setelah menoleh kiri kanan dan tak menemukan tempat duduk maka dia duduk diatas tempat tidurku. Dengan hanya memakai handuk aku mengajak Evie berbicara sementara mataku memperhatikan Evie yang memakai duster tanpa lengan itu. Kalau kuperhatikan, Evie tampaknya tak memakai beha, aku hanya ingin dia mengangkat tangannya agar aku bisa melihat ketiaknya, apakah lebat seperti isteriku dan juga mamanya ataukah bersih yang kurang kusukai itu.
Evie menanyaiku keadaan Jakarta, juga bagaimana keadaan Novie isteriku disana. Aku bercerita panjang lebar tentang keadaan keluarga di Jakarta, juga aku ceritakan tentang Vicky adik laki laki satu satunya yang juga membantu perusahaanku di Jakarta. Pembicaraan kami jadi makin serius ketika aku mulai menanyakan keberadaan bung Denny, suami Evie. Denny seorang dokter yang ganteng dan baik sekali, sayangnya sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak seorangpun, entah siapa yang salah. Ketika kutanyakan dimana bung Denny, Evie menjawab kalau Denny sedang dinas kedaerah untuk beberapa hari. Hal ini membuatku gembira karena berarti kesempatanku makin besar untuk menikmati Evie. “Evie kenapa sih kok belum punya anak juga, apa memang dicegah ?” Evie tersenyum simpul saja katanya “Bagaimana mau punya anak, kalau produksinya jarang jarang” Aku tersenyum dan dengan santai aku bercerita tentang hubunganku dengan Novie isteriku dalam hal seks. Kuceritakan betapa Novie hampir setiap malam mengajakku untuk main, belum lagi hobby Novie yang senang posisi macam macam.
Evie hanya menyeringai saja mendengar ceritaku yang seram itu, aku yakin kalau dia terangsang mendengarnya. “Roy, kenapa sih Novie kok demikian gede nafsunya, apa kamu kasih minum obat ya?” Aku jawab enteng, “enggak tuh, tapi biasanya, perempuan yang bulunya lebat, itu nafsunya juga gede” Evie terkikik mendengar jawabku itu, aku langsung bertanya lagi ” apakah Evie juga lebat bulunya, kasih lihat dong !” Evie dengan terus tertawa geli balas bertanya “bulu apa Roy ?” Kujawab “bagaimana dengan bulu ketiak Evie ?” Evie dengan malu malu mengangkat lengannya yang putih bersih itu sehingga aku bisa melihat ketiaknya yang penuh dengan rambut hitam keriting itu. Aku bergaya tenang saja, padahal hatiku dag dig dug melihat ketiak yang lebatnya melebihi ketiak isteriku bahkan lebih lebat dari ketiak mertuaku tadi. Sambil mengatur suaraku agar tak kentara kalau aku nervous aku berkata lagi “waduh Evie, nafsumu pasti segede nafsu Novie, malah bisa bisa kamu lebih gede lagi, kalau bung Denny nggak punya modal yang hebat, pasti rontok deh sama kamu” “Apakah barangnya Denny gede dan mainnya kuat Ev ? Evie tak menjawab malahan bertanya “kalau Roy gimana ?” Inilah pertanyaan yang aku tunggu tunggu langsung saja kujawab “kalau aku sih minimal dua kali semalam ya masih OK, karena barangku cukup besar untuk membuat Novie puas dalam waktu yang relatif singkat”
Saat itu dengan sengaja kusingkap handukku hingga kontolku yang sudah setengah ngaceng itu dapat dilihat dengan nyata oleh Evie. Evie menjerit lirih melihat kontolku itu, katanya ” aduh Roy masukkan deh, aku ngeri habis gede sekali sih” Aku tertawa saja, tanpa berusaha untuk menutup handukku lagi, malah aku bertanya : “kalau punya Denny seberapa Ev ? Evie menjawab “pokoknya nggak segede punya kamu deh” “Ah nggak apa apa Ev, Noviepun aku rasa susunya tak semontok kepunyaanmu, pasti Denny senang karena punya isteri yang susunya gede” “Coba aku lihat Ev, sebentar saja” Evie tertawa tawa malu namun dibukanya kancing dusternya bagian atas sehingga terbukalah buah dadanya yang putih mulus tanpa beha itu. Benar benar besar dan padat sekali, pentilnya coklat muda dan dibeberapa tempat kulihat masih ada bekas gigitan yang berwarna merah. Aku berdiri dan mendekati Evie, kataku “aduh Evie, susumu bagus sekali, aku kepengen memegangnya ya” tanpa menunggu aku sudah meremas buah dada yang montok itu, sementara karena tadi handukku terlepas, maka ketika aku berdiri aku sudah tak memakai apa apa lagi. Sengaja kupepetkan badanku ketubuh Evie sehingga sementara tanganku meremas susu Evie, kontolku yang panjang itu menggeser geser lengan Evie. Evie hanya diam saja merasakan remasan dan pelintiran jariku pada putingnya. Bahkan dia berkata “Roy aku boleh pegang barangmu ya!” Aku tak menjawab, hanya kontolku kusorongkan kearahnya, dengan gemas Evie balas meremas kontolku dan entah disengaja atau tidak Evie menarik kontolku sehingga aku terjerembab keatas tempat tidur menimpa tubuhnya.
Saat itu aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya yang tebal dan menantang itu. Evie membalas ciumanku dengan menggigit bibir bawahku pelan pelan seperti dimamah. Aku membalas ciuman Evie dengan menyelusupkan lidahku kedalam rongga mulutnya yang dibalas Evie dengan menghisap ujung lidahku itu. Benar benar jago berciuman, sementara bibir kami bertautan, tanganku mulai mengembara kepaha Evie, kurasakan celana dalamnya menutupi bukit memeknya, karena itu pelan pelan kutarik celana dalam itu hingga terlepas, ketika kuraba bukit memeknya aku merasakan kerimbunan yang sangat tebal. Ketika jariku berusaha mencari liang memek Evie, aku berhasil menyentuh itil Evie yang sudah membengkak dan keras itu. memek Evie sudah licin dengan cairan sehingga jariku dengan mudah menelusup kedalam liangnya yang hangat dan terus menerus mempermainkan itilnya itu. Saat itu Evie berbisik agar supaya aku mengunci pintu lebih dahulu. Dengan tergesa gesa aku menuju pintu serta menguncinya. Kembali ketempat tidur kulihat Evie sudah membuka dusternya sehingga tubuhnya yang montok dan putih mulus itu terpampang dihadapanku. Kaki Evie sudah direntangkannya sendiri membuat liang memeknya yang berwarna merah tua itu merekah berkilat karena lendir yang membasahinya. Aku tak mau lagi menunggu terlalu lama, kuarahkan kontolku keliang memeknya dan pelan pelan kutusukkan keantara bibir memek Evie, aku sengaja tak memasukkannya sekaligus karena aku kepengen Evie yang bereaksi menekan kontolku agar masuk semuanya.
Evie yang sudah bernafsu itu menekan pantatku sehingga akhirnya kontolku amblas dalam liangnya. Begitu Evie merasakan ujung kontolku sudah menyentuh leher rahimnya, dia langsung memutar mutar pantatnya seperti ayakan agar supaya ujung kontolku itu makin kuat menggeser leher rahimnya. Kulihat mata Evie terpejam rapat, begitu juga bibirnya. Setiap kali dia merasakan kegelian pada memeknya, Evie merintih, aku dapat mengetahui hal ini karena setiap kali merasa geli, memek Evie selalu mengejang. Ku biarkan saja Evie memuaskan dirinya, sementara aku asyik menciumi susunya yang montok itu, aku sama sekali tak berani menggigit susunya karena aku kuatir kalau bung Denny curiga. Merasa kurang puas dengan posisi dibawah, Evie mendorong tubuhku dan menyuruhku terlentang dengan posisi kontolku menjulang keatas, dengan gemetar ia mengangkangi kontolku dan ditepatkannya ujung kontolku keantara bibir memeknya, sambil tetap menggenggam kontolku, Evie pelan pelan menurunkan badannya sehingga kontolku tertelan oleh jepitan memeknya itu, tanpa sungkan sedikitpun Evie dengan penuh nafsu mulai menaik turunkan pantatnya, matanya terpejam rapat dan susunya terguncang guncang karena gerakan Evie yang cepat itu. Evie merintih ” Ssst…Roy, barangmu rasanya mekar ya, aduh geli sekali Roy, aku tak tahan lagi Roy………..! Gerakan Evie yang tadinya ritmis meskipun cepat itu mendadak jadi seperti tersendat sendat, Evie meremas sendiri susunya dan “…….aduh…… Roy, aku .kkkkkellluuuuuuaaarrrrr ! Kurasakan memek Evie mengejang seakan memijat batang kontolku yang masih belum merasakan apa apa itu. Memang setelah sekali memuntahkan sperma setelah main dengan mamie mertuaku, aku sekarang jadi agak kebal terhadap geli, jadi meskipun kontolku ngaceng dan siap tempur, tetapi justru spermaku yang tak mau keluar sehingga membuat aku jadi berang juga. Setelah kulihat Evie berhenti bergerak dan menelungkup diatas dadaku, aku langsung menggulingkan tubuhku sehingga sekarang Evie yang ada dibawah lagi. Aku segera memompa lagi memek Evie yang masih basah kuyup dengan lendir itu, aku tak perduli dengan suaranya yang berkecipakan itu.
Keringatku bertetesan sementara pantatku terus bergerak untuk memompa sperma keujung kontolku. Evie berkali kali merintih karena ia kembali mengalami orgasme, padahal aku belum apa apa sama sekali. Karena kurasakan memek Evie licin sekali, maka aku mengeluarkan kontolku dan kubersihkan memek Evie dengan handukku agar lebih kering dan tidak terlalu menimbulkan suara, Evie hanya diam saja, dia benar benar sudah keok, tangannya terentang dan pahanya mengangkang sementara dispreiku penuh dengan bercak bercak lendir dari dalam memek Evie. Ketika sudah cukup kering, kembali aku mengarahkan kontolku keliang memek Evie, Evie sendiri membantuku dengan merentangkan liang memeknya agar aku mudah untuk menyelipkan kontolku diantaranya. Mendadak saja, kami sama sama terperanjat karena dipintu terdengar ketukan serta suara Vera yang memanggil namaku. Evie segera mendorong tubuhku dan mengambil dusternya, dengan tergopoh gopoh ia lari kejendela dan melompat keluar dari jendela yang tertutup kerimbunan pohon pohon itu, sebelumnya masih sempat ia mencium serta menggigit bibirku sambil berpesan agar nanti malam aku datang kekamarnya.
Aku hanya tersenyum, setelah kulihat Evie sudah lenyap, aku segera memakai handukku lagi dan membuka pintu untuk Vera. Vera terkejut melihat wajahku yang merah padam serta tubuhku yang penuh keringat itu. Ia bertanya dengan pelan ” kenapa ngana Roy ?” Kujawab kalau aku barusan berolahraga, tanpa kusuruh Vera masuk kedalam kamarku dan berkeliling memeriksa kamarku itu, aku diam saja melihat tingkah adik iparku itu, ketika ia melihat bercak bercak dispreiku ia menoleh kearahku dan tersenyum ” itu apa Roy ?” Aku agak gelagapan juga mendengar pertanyaan Vera itu, aku terdiam dan tak menjawab sedang Vera sendiri juga tak bertanya lagi, hanya matanya saja yang menatap tonjolan kontolku yang ada dibalik handuk itu. Ketika kupersilahkan untuk duduk, Vera langsung duduk dikursi sambil berkata, “Roy ayo kita makan, Mamie menunggu”. “Tunggu ya Roy mau ganti dulu ya !”. Meskipun tahu kalau aku mau ganti pakaian, Vera tetap saja duduk dikursi itu, aku jadi salah tingkah, apakah memang Vera ini juga doyan seperti yang lainnya ? Karena sudah dua kali mendapat green light, kali ini aku juga mau mencoba rejekiku, paling tidak aku bisa menunjukkan pada Vera kontolku yang seperti anak kucing itu, pasti dia tak akan pernah lupa sampai kapanpun.
Dengan pikiran seperti ini, aku langsung saja melepaskan handukku sehingga kontolku yang masih ngaceng itu, langsung menyembul keluar. Meskipun posisiku agak jauh dan menyamping disisi Vera, tetapi aku yakin Vera melihat keadaanku yang telanjang itu,.Sengaja aku minta tolong Vera untuk mengambilkan parfumku yang ada dimeja, dengan tenang Vera berjalan kearahku sambil tersenyum senyum katanya “Roy barang ngana mengerikan ya, kenapa dingin begini kok malahan berdiri ? Aku menjawab dengan cepat, ” Dia berdiri karena melihat kamu yang tak pakai beha itu ! Susu kamu membuat dia marah marah ! Vera tertawa menyeringai. Memang dari balik dusternya yang tipis jelas sekali kelihatan kalau Vera tidak memakai beha, susunya besar dan padat sekali, bahkan pentilnya kelihatan menonjol. “Susu kamu besar sekali Ver, punya Novie tak ada apa apanya dibanding punya kamu lho !
Vera hanya tertawa, malahan ia sengaja membusungkan dadanya sambil berkata ” Ia dong, ini kan Vera rawat baik baik, setiap hari Vera massage biar montok dan kencang ! Ketika Vera menyerahkan botol parfum itu, langsung saja kutangkap tangannya dan kutarik Vera sehingga susunya menempel didadaku yang telanjang itu, Vera hanya tersenyum sambil memandangku, langsung saja aku cium bibirnya yang merekah tipis itu. Vera dengan hangat membalas ciumanku, sementara tangannya langsung saja sudah meremas kontolku. Ketika kuremas susu Vera, Vera malahan menyuruh aku membuka dusternya itu, ketika sudah kubuka, Vera langsung berjongkok dan mengulum kontolku itu. Kuluman Vera benar benar ganas, dijilatinya ujung kontolku serta dikulumnya kontolku sampai habis dan digigitnya pelan pelan. Aku yang sebenarnya sudah kebal selama permainan dengan Evie tadi sekarang benar benar jadi keenakan. Cepat cepat kutarik kontolku dan kudorong Vera ketempat tidur untuk langsung kusetubuhi, Vera mandah saja ketika kudorong ketempat tidur, ketika kuturunkan celana dalam Vera, aku terperangah karena tidak seperti mertuaku atau seperti kakaknya, Vera sama sekali tak berjembut, memeknya licin, persis seperti bayi, ketika kubuka liang memeknya, itilnya yang merah itu kelihatan sudah membatu.
Aku langsung naik keatas tempat tidur dan kutindih Vera sambil mengarahkan kontolku keliang memeknya itu. tetapi Vera merangkulku sambil berbisik “Roy, ngana masih perawan, masukan saja dipantat ya ” ! Aku terkejut lagi mendengar pengakuan Vera ini, Vera langsung mengganjal pantatnya dengan bantal sambil mengangkat kedua pahanya tinggi tinggi. Kulihat memek Vera memang masih rapat seperti garis, tetapi lubang pantatnya yang justru agak menganga menanti coblosan kontolku. Langsung saja aku mendekatkan kontolku keantara kedua selangkangannya dan dengan tenang Vera menuntun kontolku kearah liang pantatnya itu. Ketika sudah tepat arahnya, Vera menepuk pundakku sementara matanya terpejam erat.
Dengan pelan pelan kudorong kontolku memasuki liang pantat Vera, terasa peret sekali dan agak sulit untuk maju. Kulihat Vera agak menyeringai merasakan desakan kontolku yang besar itu diliangnya, tetapi dia malahan menekan pantatku agar kontolku bisa masuk makin dalam. Dengan lancar akhirnya kontolku bisa masuk semuanya, tanpa menunggu dua kali aku langsung menggoyang pantatku mendayung Vera. Vera dengan sigap menarik kepalaku dan menciumi bibirku, dengan bibir yan bertautan aku terus merasakan kenikmatan pantat Vera yang seret itu. Tanganku asyik meremas susu Vera yang montok dan kenyal itu dengan penuh nafsu. Rasa nikmat yang kudapat benar benar lain daripada yang lain, belum lagi rasa kuatir ketahuan oleh orang, karena sebenarnya aku kan diajak makan, menyebabkan nafsuku makin memuncak sehingga mendadak spermaku sudah menyemprot nyemprot dalam liang pantat Vera. Vera sendiri menggigit bibirku, rupanya dia juga mencapai kenikmatannya dengan hanya berciuman dan diremas remas susunya. Ketika aku sudah merasa lega, langsung aku cabut kontolku dan Vera sendiri langsung memakai dusternya serta lari keluar kamarku tanpa berkata apa apa lagi. Aku tertawa geli, tak kusangka bahwa seisi rumah ini dapat kulahap dalam sekali jalan. Andaikan saja Novie ikut, berarti aku sekaligus akan menyantap empat orang
Nikmatnya Adek Ipar
Nikmatnya Adek Ipar
Aku punya adik ipar, Ayu namanya. Orangnya cantik, masi di SMU. Bodinya proporsional, gak toge tapi tocil juga enggak. Pinggulnya rada gede juga sehingga kalo liat dia jalan pake jins ketat dari blakang, goyangan pantatnya merangsang juga. Yang lebi merangsang lagi, Ayu punya kumis halus diatas bibir mungilnya. Pasti jembutnya rimbun deh, dan yang lebi penting lagi napsunya besar.
Aku gak tau napa kok dia dikirim ortunya ke tempat kakaknya (istriku) untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo dah lulus SMU ya mo nerusin skolah pindah bisa dimengerti. Aku gak banyak nanya ke istri tentang kepindahan Ayu kerumahku. Yang aku tau, Ayu tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Istriku kerja sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung2 aku jadi penunggu rumah.
Makanya aku seneng banget ketika Ayu tinggal dirumahku. Aku membantu mengurus kepindahan Ayu ke SMU yang deket dengan rumahku, repot juga birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan Ayu diterima disekolah tersebut dan boleh langsung masuk. Baru 2 hari Ayu dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu hidup sendiri.
Sore itu, Ayu aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yang pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya kenapa kok dia pindah ketempatku. “Mangnya mas gak tau ya”, kata Ayu. “Aku gak nanya kakakmu Yu, dia juga gak crita apa2 ke aku, cuma bilang kamu mo pindah skolah kesini ja”. “ayu malu ni mas critanya”. “Napa malu, aku kan masmu sendiri”. “aku maen ma om tetangga rumah mas”.
“Wah, enak dong si om dapetin kamu”. “Ah mas, Ayu serius ni”. “Ya terus?” “Si om juga yang mrawanin Ayu, tapi enak, makanya Ayu jadi ketagihan terus deh maen ma si om”. “Kamu maennya dimana Yu’. “Mula2 dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu ayu pulang skolah”. “maennya brapa ronde kalo dimotel”. “Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Ayu nya”. “Gak perna sampe nginep ya Yu”. Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Ayu di hotel semalem. Ayu bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas”. “Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Ayu maen ma si om”. “Kok ngebayangin si mas”. “La iya lah, kamu critanya napsuin gitu”. “Trus mas ngaceng ya” “La iya lah, lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Ayu crita lagi maen. Trus kenapa kok Ayu disuru ketempat mas ma kakak?” “Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yang bilang dia liat Ayu ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Ayu gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak”. “Kadung malu, makanya Ayu disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?” tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. “Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya”. “Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?” jawabku membuka front. “Mangnya mas brani ngelakuin ma Ayu?” “Napa enggak, kalo Ayunya mau tapi”. Ayu diem saja. “Mau gak Yu, aku si mau banget lo”. “Gak enak ma kakak mas”. “Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan”.
“Wah, enak dong si om dapetin kamu”. “Ah mas, Ayu serius ni”. “Ya terus?” “Si om juga yang mrawanin Ayu, tapi enak, makanya Ayu jadi ketagihan terus deh maen ma si om”. “Kamu maennya dimana Yu’. “Mula2 dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu ayu pulang skolah”. “maennya brapa ronde kalo dimotel”. “Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Ayu nya”. “Gak perna sampe nginep ya Yu”. Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Ayu di hotel semalem. Ayu bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas”. “Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Ayu maen ma si om”. “Kok ngebayangin si mas”. “La iya lah, kamu critanya napsuin gitu”. “Trus mas ngaceng ya” “La iya lah, lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Ayu crita lagi maen. Trus kenapa kok Ayu disuru ketempat mas ma kakak?” “Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yang bilang dia liat Ayu ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Ayu gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak”. “Kadung malu, makanya Ayu disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?” tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. “Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya”. “Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?” jawabku membuka front. “Mangnya mas brani ngelakuin ma Ayu?” “Napa enggak, kalo Ayunya mau tapi”. Ayu diem saja. “Mau gak Yu, aku si mau banget lo”. “Gak enak ma kakak mas”. “Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan”.
“Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Ayu yang nemenin”. Dia duduk merapat ke aku. “Mau ya Yu”, kataku sambil mengelus pipiku. Ayu noleh ke aku, aku tidak menyia2kan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku mengecup bibir mungilnya. Ayu membiarkan aku mengulum2 bibirnya, kemudian ciuman kuarahkan ke lehernya, terus menyusur kepipinya. Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut. Sambil kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku.
Dan ayu rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru awal pemanasan. “Kamu dah pengen ya Yu”. “Iya mas, dah lama rasanya ayu gak ngerasain nikmat lagi”. “Mau kan aku kasi kenikmatan”.
“Mau banget mas”. Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut. Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku mulai turun dan memainkan pusernya, membuat ayu merasa geli tapi nikmat, napsunya makin berkobar karena elusan tanganku.
Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. memeknya yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya ke bawah. Tinggalah CD mininya yang tipis yang memperlihatkan jembutnya yang lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu. jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya sudah basah karena cairan memeknya yang sudah banjir. Kubelai celah memeknya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh i tilnya’ karena ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses daerah memeknya dengan leluasa. kemudian CDnya yang sudah basah itu kulepaskan. Ayu mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus tubuhnya yang terakhir.
Jariku mulai sengaja memainkan i tilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk ke dalam memeknya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya sampailah ke memeknya. Kali ini kucium jembutnya yang lebat dan bibir memeknya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali memeknya kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang i tilnya, akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir memeknya sambil menghisap i tilnya. Hanya dalam beberapa menit ayu benar-benar tak tahan. Dan.. Ayu mengejang dan dengan sekuatnya ayu berteriak sambil mengangkat pantatnya supaya merapatkan i tilnya dengan mulutku, dia meremas-remas rambutku. Aku terus mencumbu memeknya, belum puas aku memainkan memeknya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat.
“Mas, Ayu sudah pengen dientot.” katanya memohon sambil membuka pahanya lebih lebar. Aku pun bangkit, mengangkat badannya yang sudah lemes dan kubawa ke kamar. Ayu kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju, kemudian celana. Ayu terkejut melihat kontolku yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku.
“Mas, gede banget kontol mas, mana panjang lagi”. “Mana gedean ma si om?” “gedean mas lah”. Sementara itu ayu terbaring menunggu. kontolku yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Ayu merinding apakah muat kontol segitu besarnya di memeknya. Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, ayu membuka pahanya makin lebar, rasanya tidak sabar memeknya menunggu masuknya kontolku yang extra gede itu. Ayu pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil terus mencium bibirnya, bibir memeknya mulai tersentuh ujung kontolku. Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memeknya terdesak menyamping. Terdesak kontol besarku itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang memeknya dimasuki kontolku. Ayu menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kontolku. Ayu mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus..Akhirnya ujung kontolku menyentuh bagian dalam memeknya, maka secara refleks Ayu merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. kontol besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya ayu tidak kesakitan. Ayu benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah dia alami. Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Ayu benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar ku. Maka hanya dalam waktu yang singkat ayu makin tak tahan. aku tahu bahwa ayu semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan remasan di toketnya makin kuat. Dengan tusukan kontolku yang agak kuat dan kupepet i tilnya dengan menggoyang goyangnya, ayu menggelepar, tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. memeknya menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah dia alami. ayu benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Ayu tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Mas, Ayu nyampe maas”, teriaknya. Setelah selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali ayu nyampe dalam waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yang basah keringatan. Dia membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti hentinya toketnya kuremas-remas pelan.
Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan kontolku semakin cepat. Uhh, sekali lagi ayu nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali ayu berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan kontolku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya.
Ayu makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam memeknya, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi memeknya, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat.
Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut toketnya sambil mencium wajahnya. Ayu senang dengan perlakuanku terhadapnya. “Yu, kamu luar biasa, memekmu peret dan nikmat sekali”, pujiku sambil membelai dadanya. “Mas juga hebat. Bisa membuat Ayu nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Ayu bisa nyampe dan merasakan kontol raksasa. Hihi..” “Jadi kamu suka dengan kontolku?” godaku sambil menggerakkan kontolku dan membelai belai wajahnya.
“Ya mas, kontol mas nikmat, besar, panjang dan keras banget” jawabnya jujur. “Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Ayu”. “Nikmat ma kamu Yu, memek kamu peret banget”. “Mangnya memek kakak gak perert, kan kakak belon punya anak”. “Gak tau deh, aku puas banget ngen totin kamu”. “Ya udah, mas ngen totin Ayu ja kalo kakak kluar kota”. Aku tidak langsung mencabut kontolku, tapi malah mengajak mengobrol sembari kontolku makin mengecil. Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai rambutnya dan yang paling aku suka membelai toketnya. Ayu merasakan pejuku yang bercampur dengan cairan memeknya mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kontol kucabut sambil menciumnya lembut sekali. Benar benar ayu terbuai dengan perlakuanku. Ayu tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya dibayangkan saja.
Ayu bangun masih dalam pelukanku. “Kamu tidur nyenyak sekali, Yu”, kataku sambil membelai rambutnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing ayu ke kamar mandi, saat berjalan ayu merasa masih ada yang mengganjal memeknya dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahanya, saking banyaknya aku mengecretkan peju di dalam memeknya. Dalam bathtub yang berisi air hangat, ayu duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni punggungnya, dan ayupun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali ayu menggeliatkan badannya sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yang dipenuhi busa sabun. pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yang terendam air hangat tersenggol2 kontolku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar kembali.
Ayu kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan kuremasnya. kontolku pun mulai ngaceng ketika menyentuh memeknya. Terasa bibir luar memeknya bergesekan dengan kontolku. Dengan usapan lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan memeknya. “Mas nakal!” desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya. Walau tengkuknya basah, ayu merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari memeknya. Ayu menggeliatkan pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir memeknya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur hingga akhirnya mengusap2 lipatan bibir luar memeknya. Aku berulang kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas. “Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali. Lalu ayu bangkit dari pangkuanku. Ayu tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di memeknya.
Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin ayu terjatuh. Aku menyangga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan kembali cairan sabun ke perutnya. Aku menggerakkan tangan keatas, meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya. “Mas, lama amat menyabuninya” rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya. Ayu merasakan kontolku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena kontolku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut lebatnya, lalu mengusap memeknya berulang kali. Jari tengahku terselip di antara kedua bibir luar memeknya. Aku mengusap berulang kali. i tilnya pun menjadi sasaran usapanku.
“Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kontolku makin kuat menekan pantatnya. Ayu merasa lendir membanjiri memeknya.Ayu jongkok agar memeknya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir memeknya dengan mengusapkan 2 jarinya.
Ketika menengadah ayu melihat kontolku telah berada persis didepannya. kontolku telah ngaceng berat. “Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret di memek Ayu sekarang sudah ngaceng lagi”, katanya sambil meremas kontolku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala kontolku. Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika ayu menjilati kepala kontolku. Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu. Setelah ayu berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub. Ayu kubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku menyelipkan kepala kontolku ke celah di antara bibir memeknya. “Argh, aarrgghh..,!” rintihnya.
Aku menarik kontolku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar memeknya ikut terdorong bersama kontolku. Perlahan-lahan menarik kembali kontolku sambil berkata “Enak Yu?” “Enaak banget mas”. Aku mengenjotkan kontolku dengan cepat sambil meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya.
“Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kontolku kembali menghunjam memeknya. Ayu terpaksa berjinjit karena kontolku terasa seolah membelah memeknya karena besarnya. Terasa memeknya sesek kemasukan kontolku yang besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan mengenjotkan kontolku keluar masuk dengan cepat dan keras.
Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan pantatnya. “Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Ayu nyampe..!” Ayu lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Aku juga tidak dapat menahan pejuku lebih lama lagi. “Aarrgghh.., Yu”, kataku sambil menghunjamkan kontolku sedalam-dalamnya. “Mas.., sstt, sstt..” katanya karena berulangkali merasa tembakan pejuku dimemeknya. “Aarrgghh.., Yu, enaknya!” bisikku ditelinganya. “Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dientot mas”, jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih mencengkeram pantatnya sementara kontolku masih nancep dimemeknya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kontolku yang masih menancap di memeknya.
Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar duluan, sedang ayu masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, ayu keluar dari kamar mandi. Aku sudah menyiapkan makan seadanya.
Ayu kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Ayu menurut saja.
Sambil mengobrol, ayu kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium bibirnya dengan hangatnya, ayu mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku mulai meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan pahanya. ayu sadar bahwa sesuatu yang dia duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung ayu bangkit. Ayu bersimpuh di depanku, kontolku sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kontolku sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya langsung ayu mengulum kontolku. Ayu memainkan kulup kontol yang tebal dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala kontolku tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar masuk di antara kulup dan kepala kontolku. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kontolku makin membengkak. aku mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan membuat mulutnya semakin penuh. “Mas hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mas”, katanya yang juga sudah terangsang. Aku makin tak tahan menerima rangsangan lidahnya.
Maka ayu kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum, kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara pahanya. “Aku suka melihat memek kamu yu” ujarku sambil membelai bulu jembutnya yang lebat. “Mengapa?” “Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dientot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya”.
Aku terus membelai jembutnya dan bibir memeknya. Kadang-kadang kucubit pelan, kutarik-tarik seperti mainan. Ayu suka memeknya dimainkan berlama-lama, ayu terkadang melirik apa yang kulakukan. Seterusnya dengan dua jari aku membuka bibir memeknya, ayu makin terangsang dan makin banyak keluar cairan dari memeknya. aku terus memainkan memeknya seolah tak puas-puas memperhatikan memeknya, kadang kadang kusentuh sedikit i tilnya, membuat ayu penasaran. Tak sadar pinggulnya mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat ayu mengangkat pinggulnya, langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang memeknya yang sudah penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk memeknya, dan saat kujilat i tilnya dengan ujung lidah, cepat sekali menggelitik ujung i tilnya, benar benar ayu tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat ayu tak sadar berteriak.. “Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia terangsang, dan ayu sudah tak tahan lagi. “Ayo dong mas, Ayu pingin dientot lagi” ujarnya sambil menarik bantal.
Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan kontol gedeku ke arah memeknya. Ayu masih sempat melirik saat aku memegang kontolku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir memeknya. saat kepala kontolku telah menyentuh di antara bibir memeknya, ayu menahan nafas untuk menikmatinya. setelah kepala kontolku mulai menyelinap di antara bibir memeknya dan menyelusup lubang memeknya, pelan-pelan kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Ayu merapatkan pahanya supaya kontolku tidak terlalu masuk ke dalam. Aku langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali kontolku menekan dinding memeknya. kontolku semakin masuk. Belum semuanya masuk, aku menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya ayu penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan mengenjot hingga ayu kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya ayu mengelepar-gelepar. Dan sampailah ayu kepuncak. Tak tahan ayu berteriak, terus.
aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya ayu melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat ayu meneruskannya. Ayu memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatku. Ayu terkulai lemas sekali, keringatnya bercucuran. Hampir pingsan ayu menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar ayu tidak menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah tubuhnya menuju kenikmatan yang tiada tara.
Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan, tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Ayu memeluk tubuhku yang besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai kuenjotkan kontolku. Kali ini ayu ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali bergeseran mengenai pentilnya. Dan kontol kupompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama kelamaan tubuhnya yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Ayu berusaha menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yang mulai menggapai apa saja yang dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan memompakan kontolku makin cepat. Gesekan di dinding memeknya makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit agak kuat dan kumasukkan seluruh batang kontolku serta kugoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di i tilnya. Maka jebol lah bendungannya, ayu mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali ayu berteriak sekuatnya menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, ayu meronta sekenanya. dia menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu kubalik tubuhnya hingga ayu di atas tubuhku. Ayu terkulai di atas tubuhku.
Dengan sisa tenaganya ayu mengeluarkan kontolku dari memeknya. Dan diraihnya batang kontolku. Tanpa pikir panjang, kontol yang masih berlumuran cairan memeknya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya kuraih hingga akhirnya ayu telungkup di atasku lagi dengan posisi terbalik. Kembali memeknya yang berlumuran cairan jadi mainanku, ayu makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kontolku. Aku memeluk pinggulnya. Kuhisap i tilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali. Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan dirapatkannya pinggulnya agar bibir memeknya merapat ke bibirku. Ayu gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar ayu menggigit agak kuat kontolku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia masih menikmati orgasme. “Yu, aku mau ngecret yug, di dalam memekmu ya”, kataku sambil menelentangkan ayu.
“Ya, mas”, jawabnya. Aku menaiki ayu dan dengan satu hentakan keras, kontolku yang besar sudah kembali menyesaki memeknya. Aku langsung mengenjot kontolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan kuat sehingga kontolku nancap semuanya ke dalam memeknya dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecret yang ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak. Aku menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat2. “Yu, nikmat sekali ngen tot sama kamu, memek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kontolku”, bisikku di telinganya. “Ya mas, Ayu juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman memek Ayu terasa kuat karena kontol mas kan gede banget. Rasanya sesek deh memek Ayu kalau mas neken kontolku masuk semua. Kalau ada kesempatan, Ayu dientot lagi ya mas”, jawabnya. “Ya sayang”, lalu bibirnya kucium dengan mesra.
Langganan:
Postingan (Atom)